Ketua The Federal Reserve (FED) Powell mengakui menyesal atas sikap terbuka terhadap kenaikan suku bunga yang lebih agresif.

Ketua The Federal Reserve (FED) Jerome Powell baru-baru ini menyatakan penyesalannya atas masalah inflasi dalam sebuah wawancara. Dia mengakui bahwa The Federal Reserve (FED) seharusnya dapat mengambil tindakan lebih awal untuk mengekang inflasi, tetapi pada saat itu harus membuat keputusan berdasarkan situasi terkini. Powell menyatakan bahwa meskipun tidak pasti seberapa besar dampak dari kenaikan suku bunga yang lebih awal, mereka telah berusaha sebaik mungkin.

Inflasi tinggi yang berkepanjangan telah memberikan pukulan berat bagi Powell. Dia pernah bersikeras bahwa inflasi hanyalah fenomena sementara, tetapi kini kepercayaan itu telah lenyap, digantikan oleh penyesalan yang mendalam.

Senat AS baru-baru ini mengonfirmasi Powell untuk masa jabatan kedua sebagai Ketua The Federal Reserve (FED), tetapi karena lonjakan harga mempengaruhi kehidupan pemilih, ia kehilangan dukungan dari beberapa senator. Sebagian besar tahun lalu, The Federal Reserve (FED) tetap berpegang pada pandangan bahwa inflasi yang meningkat adalah "sementara", terutama berfokus pada bidang yang terpengaruh oleh pandemi dan gangguan rantai pasokan.

Namun, seiring berjalannya waktu, dampak inflasi terhadap ekonomi semakin besar. Orang-orang semakin merasakan tekanan akibat kenaikan harga makanan, energi, dan perumahan. Dampak inflasi yang tinggi tidak lagi terbatas pada sektor-sektor tertentu, tetapi telah menyebar ke seluruh sistem ekonomi.

Pada akhir tahun 2021, The Federal Reserve (FED) akhirnya meninggalkan "teori sementara" dan berusaha meyakinkan publik bahwa kesulitan mereka tidak akan diabaikan. Powell menekankan dalam konferensi pers minggu lalu bahwa prioritas utama mereka adalah mencegah inflasi tinggi yang tidak menyenangkan mengakar dalam perekonomian.

Untuk mendinginkan inflasi, The Federal Reserve (FED) terutama meningkatkan suku bunga untuk meningkatkan biaya pinjaman bagi rumah tangga dan perusahaan, sehingga memperlambat konsumsi dan investasi. Namun, The Federal Reserve (FED) menghadapi tugas yang sulit: mengendalikan inflasi sambil memastikan ekonomi tidak terlalu mendingin. Menaikkan suku bunga terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan tingkat pengangguran.

Powell sebelumnya menyatakan bahwa kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin tidak dipertimbangkan, tetapi memperkirakan kenaikan 50 basis poin dalam beberapa bulan mendatang. Namun, dalam wawancara terbaru, ia tampaknya membuka pintu untuk kenaikan suku bunga yang lebih besar. Ia menyatakan bahwa jika kinerja ekonomi sesuai dengan harapan, maka menaikkan 50 basis poin lagi dalam dua pertemuan mendatang adalah wajar. Namun, jika kinerja ekonomi lebih buruk dari yang diharapkan, mereka siap untuk mengambil langkah kenaikan suku bunga yang lebih besar.

Ketika ditanya apakah mereka mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, Powell tidak memberikan jawaban langsung, melainkan menyatakan bahwa komite akan menyesuaikan berdasarkan data dan perubahan prospek ekonomi di masa depan. Ini menunjukkan bahwa The Federal Reserve (FED) menjaga fleksibilitas dalam kebijakan moneter, siap untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi ekonomi.